Bab
4. Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup
A.
Pengertian Kelangsungan Hidup
Kita
ketahui bahwa tidak ada makhluk hidup di muka bumi ini yang mampu bertahan
hidup tanpa mengalami kematian, karena setiap makhluk hidup memiliki waktu
kehidupan atau umur yang terbatas. Misalnya umur pohon kelapa jauh lebih lama
daripada umur pohon jagung. Bagaimanapun sempurnanya perawatan suatu tanaman,
jika tanaman tersebut telah mencapai batas usia maksimal maka akan mati. Pada
pohon pisang, setelah berbuah bisa dipastikan akan segera mati. Namun, jika
kamu amati dengan seksama, sebelum berbuah dan akhirnya mati, pohon pisang
tersebut menumbuhkan tunas baru pada bagian bonggolnya. Tumbuhnya tunas
tersebut mengakibatkan tanaman pisang tetap terjaga kelangsungan hidupnya,
meskipun induk pohon pisang telah mati. Pertumbuhan pohon pisang silih berganti
secara alamiah. Hal tersebut tentunya juga terjadi pada makhluk hidup lain
termasuk hewan dan manusia.
Setiap
makhluk hidup telah dibekali oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dengan kemampuan untuk
mempertahankan hidupnya dan menjaga keturunannya supaya tetap lestari. Tetapi,
karena keserakahan makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatnya dan
ketidakpedulian manusia akan kelestarian lingkungan hidup telah merusak ekosistem
yang baik. Telah
menjadi hukum alam bahwa makhluk yang lemah akan dimangsa oleh makhluk yang lebih kuat, atau yang kita kenal dengan hukum rimba.
menjadi hukum alam bahwa makhluk yang lemah akan dimangsa oleh makhluk yang lebih kuat, atau yang kita kenal dengan hukum rimba.
Setiap
jenis makhluk hidup dapat lestari jenisnya sampai saat ini karena berasal dari
makhluk hidup sebelumnya yang sejenis dapat bereproduksi dan berdaptasi dengan
lingkungan. Jika makhluk yang hidup pada zaman dulu tidak mampu bertahan dalam
kelangsungan hidupnya, maka jenis makhluk hidup itu akan punah seperti
dinosaurus. Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi
terhadap lingkungan, seleksi alam, dan perkembangbiakan.
B.
Adaptasi
1.
Pengertian
Adaptasi
adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya. Ada beberapa cara penyesuaian diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan
cara penyesuaian bentuk organ tubuh, penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah
laku dalam menanggapi perubahan lingkungan. Dari pengertian adaptasi tersebut,
ada tiga macam bentuk adaptasi, yaitu:
a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
Adaptasi
terlihat dari adanya perubahan bentuk luar atau dalam suatu makhluk hidup
sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Perubahan ini
bersifat tetap dan khas untuk setiap jenis sehingga bisa diwariskan kepada
keturunannya.
2.
Jenis-jenis Adaptasi
a.
Adaptasi fisiologi
Adaptasi
fisiologi adalah penyesuaian diri makhluk hidup melalui fungsi kerja
organ-organ tubuh supaya bisa bertahan hidup. Adaptasi ini berlangsung di dalam
tubuh sehingga sulit untuk diamati.
Ikan
air laut menghasilkan urine yang lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai.
Ikan air laut menghasilkan urine lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai.
Hal ini dikarenakan kadar garam air laut
lebih tinggi dari pada kadar garam air tawar. Tingginya kadar garam menyebabkan ikan kekurangan air sehingga ikan harus banyak minum. Akibatnya, kadar garam dalam darahnya menjadi tinggi sehingga untuk mengurangi kepekatan cairan dalam tubuhnya, ikan mengeluarkan urine yang pekat.
lebih tinggi dari pada kadar garam air tawar. Tingginya kadar garam menyebabkan ikan kekurangan air sehingga ikan harus banyak minum. Akibatnya, kadar garam dalam darahnya menjadi tinggi sehingga untuk mengurangi kepekatan cairan dalam tubuhnya, ikan mengeluarkan urine yang pekat.
Kekebalan
serangga terhadap insektisida akan meningkat (menjadi kebal) karena penggunaan
insektisida secara terusmenerus.
Hewan-hewan
herbivor beradaptasi terhadap makanan secara fisiologis. Sapi, kambing, kerbau,
dan domba merupakan hewan herbivor yang dapat mencerna zat makanan di dalam
lambung. Rayap dan Teredo navalis yang hidup di kayu galangan kapal dapat
mencerna kayu dengan
bantuan enzim selulose.
bantuan enzim selulose.
Selain
hewan, manusia dan tumbuhan dapat beradaptasi dengan lingkungannya secara
fisiologi. Tubuh manusia mampu menambah jumlah sel darahmerah apabila berada di
pegunungan yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat mengikat oksigen lebih banyak
untuk mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh.
Mata
manusia dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Ketika di
tempat gelap, maka pupil kita akan membuka lebar. Sebaliknya di tempat yang
terang, pupil kita akan menyempit. Melebar atau menyempitnya pupil mata adalah
upaya untuk mengatur intensitas cahaya.
Jumlah
sel darah merah orang yang hidup di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan
orang yang tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan
parsial oksigen di daerah pantai lebih besar dibandingkan daerah pegunungan.
Jika tekanan parsial oksigen rendah, maka dibutuhkan lebih banyak sel darah
merah untuk mengikat oksigen. Tekanan parsial oksigen adalah perbandingan kadar
oksigen di udara dibandingkan dengan kadar gas lain di udara.
Bau
yang khas pada bunga dapat mengundang datangnya serangga untuk membantu
penyerbukan. Bunga jenis ini menghasilkan madu atau nectar, dan serbuk sarinya
mudah melekat. Akar dan daun pada tumbuhan tertentu dapat menghasilkan zat
kimia yang berbau khas yang dapat menghambat tumbuhan lain di dekatnya. Contoh
di atas termasuk dalam adaptasi fisiologi.
b.
Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi
tingkah laku adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan mengubah
tingkah laku supaya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adaptasi
tingkah laku dapat berupa hasil belajar maupun insting/naluri sejak lahir.
Terdapat dua macam tingkah laku, yaitu sebagai berikut.
1) Tingkah laku sosial, untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk perlindungan. Contohnya babi hutan akan menggali lubang persembunyian dengan kukunya ketika melihat singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya bila bertemu musuh. Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.
1) Tingkah laku sosial, untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk perlindungan. Contohnya babi hutan akan menggali lubang persembunyian dengan kukunya ketika melihat singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya bila bertemu musuh. Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.
Mimikri Bunglon
Mimikri
adalah kemampuan untuk meniru bentuk, suara, dan tingkah laku seperti hewan
lain sehingga akan dikira predator atau hewan yang beracun atau berbahaya.
Migrasi juga merupakan bentuk adaptasi tingkah laku dengan cara bergerak dari
satu kawasan ke kawasan lain dan kemudian kembali lagi. Hewan bermigrasi dengan
berbagai alasan antara lain memperoleh iklim yang baik, makanan yang cukup, tempat
yang lebih aman, dan kepentingan perkembangbiakan.
Hewan
yang hidup di daerah kutub atau daerah yang mengalami pergantian empat musim
yang perbedaan suhunya ekstrim, biasanya melakukan hibernasi. Hibernasi adalah
tidur dalam jangka waktu yang lama ketika suhu lingkungan rendah. Aktivitas
tubuh seperti denyut jantung dan napas sangat pelan sehingga hanya memerlukan
energi/makanan yang sedikit. Contohnya kelelawar, ular, dan beruang kutub.
Selama hibernasi hewan menggunakan lemak dalam tubuh sebagai sumber energi.
Kucing
mengincar mangsanya dengan cara mendekam. Ketika mangsa mendekat dan lengah,
maka kucing akan meloncat dan menerkam mangsanya. Tingkah laku demikian untuk
menghemat energi. Lain halnya dengan cicak. Cicak akan memutuskan ekornya pada
saat berada
dalam ancaman. Paus naik ke permukaan air ketika akan mengambil oksigen untuk pernapasannya. Hewan rayap itu buta, untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang dapat menuntunnya menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
dalam ancaman. Paus naik ke permukaan air ketika akan mengambil oksigen untuk pernapasannya. Hewan rayap itu buta, untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang dapat menuntunnya menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
c.
Adaptasi Morfologi
Adaptasi
morfologi adalah penyesuaian makhluk hidup melalui perubahan bentuk organ tubuh
yang berlangsung sangat lama untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi ini sangat
mudah dikenali dan mudah diamati karena tampak dari luar.
Meskipun
hewan dapat bergerak bebas, hewan juga melakukan beragam adaptasi morfologi
untuk menyesuaikan dengan tempat hidup dan jenis makanannya. Adaptasi morfologi
berupa penyesuaian tubuh hewan seperti ukuran dan bentuk gigi, penutup tubuh,
dan alat gerak hewan. Gigi disesuaikan dengan jenis makanannya, sehingga gigi
hewan pemakan daging berbeda dengan hewan pemakan tumbuhan. Penutup tubuh
seperti rambut, duri, sisik, dan bulu yang tumbuh dari kulit disesuaikan dengan
kondisi lingkungannya sehingga dapat membantu hewan untuk tetap bertahan hidup.
Contoh yang lain adalah variasi tulang belakang dan sirip pada ikan pari
disebabkan perbedaan suhu saat pertumbuhannya, jenis kelamin kura-kura
ditentukan oleh variasi temperatur saat inkubasi (pengeraman), serta bentuk
paruh dan kaki burung bervariasi sesuai dengan jenis makanan dan habitatnya.
Burung
kolibri memiliki paruh panjang dan runcing. Paruh ini digunakan untuk menghisap
madu. Serangga juga beradaptasi dengan lingkungan melalui bentuk organ
tubuhnya. Organ tubuh jangkrik dan belalang yang digunakan untuk
beradaptasi adalah mulut. Mulut kedua hewan tersebut mempunyai rahang bawah dan
atas yang kuat.
Selain
hewan, tumbuhan juga beradaptasi dengan lingkungannya melalui bentuk tubuhnya,
yaitu:
1)
Tumbuhan Xerofit
Tumbuhan
xerofit memiliki struktur fisik yang sesuai untuk bertahan hidup pada suhu yang
ekstrim panas dan kekurangan air. Contohnya adalah kaktus dan sukulen. Kaktus
dapat bertahan hidup dalam kondisi kering.
Bentuk
adaptasinya yaitu daun tidak berbentuk lembaran sebagaimana tumbuhan lainnya,
tetapi mengalami modifikasi menjadi duri atau sisik. Kaktus mampu menyimpan air
pada batangnya. Seluruh permukaannya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi
penguapan. Sistem perakarannya panjang untuk mencapai tempat yang jauh yang mengandung
air.
2)
Tumbuhan Hidrofit
Tumbuhan
hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air. Adaptasi morfologi yang dilakukan
antara lain memiliki rongga udara di antara sel-sel tubuhnya sehingga dapat
mengapung. Daunnya lebar dan stomata terletak di permukaan atas. Contoh
tumbuhan hidrofit adalah kangkung, eceng gondok, dan teratai.
3)
Tumbuhan Higrofit
Tumbuhan
higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab dan basah. Adaptasinya
yaitu mempunyai daun yang tipis dan lebar.
C.
Seleksi Alam
Dalam
kehidupan sehari-hari, seleksi berarti pemilihan, dan alam
berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Jadi, seleksi alam adalah pemilihan makhluk hidup yang dapat hidup terus dan tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh lingkungan sekitar dan terjadi secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya beberapa makhluk hidup karena tidak dapat menyesuaikan diri.
berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Jadi, seleksi alam adalah pemilihan makhluk hidup yang dapat hidup terus dan tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh lingkungan sekitar dan terjadi secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya beberapa makhluk hidup karena tidak dapat menyesuaikan diri.
1.
Faktor penyeleksi alam
Seleksi
alam ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut.
a.
Suhu lingkungan
Di
daerah dingin dijumpai hewan-hewan mamalia yang
berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang digunakan untuk
menghangatkan tubuhnya.
berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang digunakan untuk
menghangatkan tubuhnya.
b.
Makanan
Setiap
makhluk hidup memerlukan makanan. Makanan adalah kebutuhan primer makhluk
hidup. Makanan akan menjadi faktor penyeleksi jika terjadi perebutan makanan.
Makhluk hidup yang kuat dan mempertahankan makanannya akan dapat berlangsung
hidup, sebaliknya hewan yang lemah dan tidak mampu bersaing dalam perebutan
makanan akan tereliminasi dan punah.
c.
Cahaya matahari
Faktor
matahari berhubungan dengan penyeleksian tumbuhan tingkat tinggi yang
berklorofil. Karena tumbuhan menggunakan cahaya matahari untuk pembentukan
makanan.
2.
Kepunahan makhluk hidup
Berdasarkan
temuan fosil-fosil, dapat diketahui bahwa banyak jenis makhluk hidup yang hidup
pada jaman dahulu tidak ditemukan lagi sekarang. Tetapi ada juga yang masih
hidup sampai sekarang yaitu capung. Capung adalah hewan yang hidup pada jaman
karbon sampai sekarang. Hewan lain yang hampir mirip dengan hewan yang telah
punah adalah kadal dan komodo. Ketiga hewan tersebut adalah hewan yangtergolong
dalam fosil hidup.
Dinosaurus
merupakan contoh hewan yang telah punah. Para ilmuan berpendapat bahwa yang
menyebabkan kepunahan hewan ini adalah perubahan iklim. Iklim yang terganggu
akan menyebabkan kematian banyak jenis tumbuhan sehingga dinosaurus herbivor
tidak bisa mendapatkan makanan. Sedangkan Dinosaurus karnivor dapat bertahan
hidup untuk sementara. Tetapi dengan berjalannya waktu, hewan karnivorpun mati.
Saat
ini, tingkah laku manusia banyak mempengaruhi proses seleksi alam. Perburuan
liar, penangkapan, perusakan habitat, pencemaran lingkungan dapat mempercepat
laju seleksi yang tidak alami. Akibat rusaknya habitat, banyak hewan liar yang
harus bermigrasi ke daerah yang kurang sesuai dengan lingkungan alaminya.
Mereka harus berjalan berkilo-kilometer untuk memperoleh makanan yang cukup.
Di
Indonesia, terdapat banyak tumbuhan dan hewan yang hampir punah. Contohnya
adalah harimau jawa, badak bercula satu, badak bercula dua, dan burung jalak
bali. Hewan yang hampir punah tersebut disebabkan karena kerusakan habitat oleh
manusia, perburuan liar, kemampuan adaptasinya rendah, serta tingkat reproduksi
yang rendah.
D.
Perkembangbiakan Makhluk Hidup
Perkembangbiakan
makhluk hidup dapat dipergunakan untuk melangsungkan kehidupan. Karena bila
tanpa perkembangbiakan, maka makhluk hidup akan punah. Misalkan pada suatu
perkebunan terdapat populasi belalang yang terkena radiasi, sehingga belalang
jantan menjadi mandul dan tidak dapat melakukan perkawinan dengan belalang
betina. Ketidakmampuan belalang untuk berkembang biak akan menyebabkan belalang
di perkebunan tersebut punah. Jadi, belalang tersebut tidak dapat menjaga
kelestarian jenisnya karena tidak mampu berkembang biak.
Makhluk
hidup ada yang mempunyai daya berkembang biak tinggi dan rendah. Makhluk hidup
yang mempunyai daya berkembang biak tinggi akan mudah menjaga kelestarian
hidupnya. Misalnya tikus, kucing, ilalang, dan enceng gondok.
Makhluk
hidup yang mempunyai daya berkembang biak rendah sangat sulit menjaga
kelangsungan dan kelestarian jenisnya. Misalnya gajah, hanya beranak sekali
dalam dua tahun dan setiap kali beranak hanya seekor. Demikian pula badak,
komodo, kancil, burung merak, jerapah, harimau, dan ikan paus biru yang hanya
menghasilkan dua anak dalam waktu 10 tahun. Hewan yang memiliki daya berkembang
biak rendah merupakan hewan-hewan yang terancam kelestariannya.
Selain
hewan, tumbuhan juga dilindungi oleh negara karena kelangkaan dan daya
berkembang biaknya rendah. Misalnya tumbuhan yang dilindungi oleh negara
adalah bunga bangkai (Refflesia Arnoldi), anggrek bulan Ambon, kemang, kepuh,
kayu ulin Kalimantan, kemenyan, dan gaharu dilindungi oleh negara.
No comments:
Post a Comment